A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama
serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil
Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling
tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
B.
Rumusan
Masalah
|
|||
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimnpinan menurut Dubin adalah
aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat keputusan. Stogdill sebagaimana
yang dikutip K. Permadi memberikan pengertian tentang kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan.[1]
Definisi kepemmpinan menurut yulk (1987)
yakni sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
adalah prilaku dari seseorang individu yang mempin aktivitas-aktivitas suatu
kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.
2. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang
dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu
3. Kepemimpinan
adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi
4. Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada diatas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5. Kepemimpinan
adalah proses memepengaruhi aktivitas-aktivtas sebuah kelompok yang
diorganisasi kearah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan
adalah sebuah proses memberikan arti terhadap usaha kolektif, yang
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran.
Terry & rue (1985) menyatakn bahwa
kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diriseorang pemimpin, meempengaruhi
orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
Sedangkan
menurut sanusi (1989) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah penyatu paduan dari
kemmampuan, cita-cita, dan semanagat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan,
dan mengelola rumah tangga keluarga maupun organisasi atau rumah tangga negara.
[2]
Ditinjau dari
sejarah perkembangannya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto ada
tiga konsep, yaitu:
1)
kepemimpinan
sebagai suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
sejak lahir.
2)
Konsep
kedua memandang kepemimpinan sebagai fungsi keompok dalam konsep ini
kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat yang atau kemampuan yang
dimiliki pemimpin saja, akan tetapi justru yang lebih penting pada ciri-ciri
dan sifat yang dimiliki oleh kelompok tersebut.
3)
Konsep
ketiga ini selain didasari oleh pandangan yang bersifat psikologis dan
sosiologis juga dipengaruhi oleh ekonomi dan politis. Menurut konsep ini
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi .
Dari
banyak pendapat tentanng kepemimpinan diatas dapat di simpulakna bahwa yang
dimaksud dengan kepemiminan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas
B. KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Dalam suatunorganisasi agar kepemimpinan
bisa berjalan dengan efektif yaitu kuncinya terletak pada seorang pemimpin. Di
bawah ini terdapat banyak pendapat tentang kepemimpinan yang efektif
diantaranya yaitu:
Menurut penelitian tiong (1997) mengungkapkan karakteristik
kepemimpinan efektif yaitu:
1.
pemimpinan yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan
2.
pemimpin yang membagi tugas secara adil kepada bawahan
3.
pemimpin yang menghargai partisipasi staf
4.
pemimpin yang memahami perasaan bawahan
5.
pemimpin yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
6.
pemimpin yang terampil dan tertip
7.
pemimpin yang berkemampuan dan efisien.
8.
Pemimpin yang memiliki dedikasi yang rajin
9.
Pemimpin yang tulus
10.
Pemimpin yang percaya diri
Selain itu menurut Reinhartz & beach
(2004) mengemukakan cirri-ciri kepemimpinan efektif pada abad ke 21 yaitu:
1.
Kepemimpinan yang jujur, membela kebenaran, dan memiliki
nlai-nilai utama.
2.
Kepemimpinan yang mau dan mampu mendengarkan suara bawahanya
3.
Kepemimpinan yang menciptakan visi yang realistis sebagai mlik
bersama.
4.
Kepemimpinan yang percaya berdasarkan data yang dapat dipercaya.
5.
Kepemimpinan yang dimulai dengan intropeksi dan refleksi terhadap
diri sendiri
6.
Kepemimpinan yang memberdayakan dirinya dan stafnya serta mau berbagi
informasi
7.
Kepemimpinan yang melibatkan semua sumber daya manusia dalam
organisasi dan mengatasi hambatan-hambatan untuk berubah baik secra personal
maupun organisasional.
Sedangkan menurut Bush (2008) kepimpinan
adalah 1. Visioner 2. Penampilan berwibawa 3. Tegas 4. Pandai bicara. 5.
Agresif 6. kerja keras 7. Konsisten 8. Berani 9. Ramah 10. Cerdas
Menurut intestate schools ledership licensure concorsium (ISLLC,2007)
kepemimpinan efektif ialah : 1. Visi berpusat siswa 2. Budaya berpusat siswa 3.
Manajemen dan kepemimpnan organisasi 4. Komunikatifdan melibatkan masyarakat 5.
Beretika dan ber integritas 6. Politik berpusat siswa 7. Mengembangkan
professional secara berkelanjutan
Sifat-sifat kepemimpinan yang efektif
yang dikemukakan sejumlah ahli diatas pada umumnya hamper sama, hanya berbeda
dalam jumlah dan pemilihan kata saja.
C.
KEPEMIMPINAN YANG TIDAK EFEKTIF
Dalam suatu oganisasi akan sulit dalam
mencapai tujuan yang diinginkan organisasi apabila kepemimpinan dalam suatu
organisasi tersebut tidak berjlan efektif, seperti penjelasan diatas suatu
kepemimpinan baik dan buruknya itu terletak pada seorang pimpinanya, berikut
ini akan dikemukakan cirri-ciri kepemimpinan yang tidak efektif yaitu :
1.
Pemimpin yang otokratik Di lihat dari persepsinya, seorang pemimpin
yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Sikap egoisme tersebut akan
memberi tekanan kepada bawahannya. Sehingga kedisiplinan yang tertanam
berdasarkan rasa ketakutan, bukan disiplin yang sudah semestinya dijalankan.
Kepemimpinan otokratik mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan
yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya sangat berambisi untuk merajai situasi,
setiap perintah dan bijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahan. Meski
pemimpin otokratik selalu berdiri jauh dari kelompoknya, jadi ada sikap
menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokratik senantiasa ingin
berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan.
Dalam Veithzal Rivai, sikap-sikap pemimpin otokrat dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1) Kurang mempercayai anggota kelompoknya
2) Otoriter
3) Hanya dengan imbalan materi sajalah yang mampu mendorong orang
untuk bertindak.
4) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan anggota
kelompok
5) Peka terhadap perbedaan kekuasaan
6) Kurang perhatian kepada anggota kelompoknya
7) Memberikan kesan seolah-olah demokratis
8) Mendengarkan pendapat anggota kelompoknya semata-mata hanya
untuk menyenangkan
9) Senantiasa membuat keputusan sendiri.
Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian, seorang
pemimpin yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang :
1) Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya
2) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan
3) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
4) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya
penyimpangan oleh bawahan
Maka dari itu, kepemimpinan yang
otokratik sangat dikaitkan dengan kekuasaan mengambil tindakan yang punitif.
Biasanya, apabila kekuasaan mengambil tindakan punitif itu tidak lagi
dimilikinya, ketaatan para bawahan segera mengendor dan disiplin kerjapun
segera mengendor.
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua
Dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua
tanggungjawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya.
Seorang pemimpin yang Laissez Faire melihat perannya sebagai
“polisi lalu lintas” dengan anggapan para anggota organisasi mengetahui dan
cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku. Seorang
pemimpin yang Laissez Faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan
organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana
organisasi harus dijalankan dan digerakkan.
Ada beberapa ciri yang terdapat dalam diri pemimpin tersebut:
1) Tidak yakin pada kemampuan sendiri
2) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok
3) Tidak berani menanggung resiko
4) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok
Dapat juga diartikan bahwa pemimpin
laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua
anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai, dan bermoto “lebih baik tidak
usah bekerja saja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok
tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.
D.
.HAKIKAT KEPRIBADIAN
1.
Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris o7iai’t’
istilah personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok)
dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara
pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribad
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain sandiwara itu
dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu
bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang pemurung, pendiam, periang,
peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok
yang dipakainya.
Kepribadian
merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku
social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak
maupun perbuata Kepribadian dapat juga
diartikan sebagai “kualitas
perilaku individu yang tampa memerlukan
penyesuaian
dirinya terhadap lingkungan secara unik”
Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian
itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1) Karakter,
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten atau teguh
tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen,
yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
3) Sikap
terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat
positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas
emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan
lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
5)
ResponsibilitaS (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan
atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
6)
Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup
atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.[3]
E.
KEPRBADIAN MENURUT BEBERAPA AHLI KEPRIBADIAN
1. Menurut kurt lewin kepribadian adalah totalitas
reality psikologis yang berisikan semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah
laku individu pada suatu saat.
Menurut
Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-bagian yang terpisah
meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi
menjadi sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut
sel-sel peripheral (p), sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral
(s). Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya
dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem
perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal
pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen,
tidak bisa berdiri sendiri.
2.Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.
Pernyataan organisasi dinamis menekankan kenyataan bahwa
kepribadian itu selslu berkembang dan berubah walaupun dari pada itu ada organisasi
system yang meningkat dan menghubungkan berbagai komponen dari pada
kepribadian.
Istilah psikofisis menenjukkan bahwa kepribadian bukanlah esklusif
(semata-mata) mental dan bukan pula mata neural. Organisasi kepribadian
melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah ) dalam kesatuan
kepribadian.
Istilah menentukan menunjukkan bahwa kepribadian mengandung
tendens-tendens diterminasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku
individu .kepribadian bukanlah hanya susunan si pengmat, bukan oula sesuatu
yang hanya ada selama orang lain bereaksi terhadapnya. Jauh dari pada iu
kepribadian mempunyai eksisitensi riil termasuk juga segi-segi neural dan
fisiologis
Kata khas menenjukkan arti yaitu tidak ada dua orang yang
benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingungan, jadi
maksudnya tidak ada orang yang mempuyai kepribadian yang sama.
Dan yang terhir yaitu kata menyesuaikan diri terhadap ligkunagan
yaitu bahwa kepribadian mengantrai individu dengan lingkungan fisis dan
lingkungan psikologisnya. Jadi kepribadian adalah Sesutu yang mempunyai fungsi
atau arti adaptasi dan menentukan[4].
3. Menurut Eysenk, kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah –laku actual maupun
potensial dari organismesebagaiman ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.
Pola tingkahlaku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sector utama yang mengirganisir
tingkah laku yaitu sector kognitif, sector konatif, sector efektif dan sector
somatik.[5]
4. Menurut Raymond cattel kepribadian adalah
struktur kompleks dari traits yang tersusun dalam berbagai kategori yang
memungkinkan produksi tingkah laku seseorang dalam situasi trtentu, mencakup
seluruh tingkahlaku- baik kongkrit maupun yang abstrak.
Trait
sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi
dasar dari kepribadian. Pendekatan trait terhadap kepribadian yaitu berusaha
memisahkan sifat dasar individu yang mengarahkan prilaku. Pendekatan ini
memusatkan diri pada kepribadian umum dan lebih banyak berkaitan dengan
pemerian kepribadian dan prediksi prilaku daripada dengan perkembangan
kepribadian.
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
1. Trait berasumsi bahwa orang mempunyai perbedaan beberapa dimensi atau skala kepribadian, yang masing-masing menunjukkan suatu trait.
2. Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain
3. Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
4. Trait konsisten dari situasi ke situasi
5. Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: ada proses adaptif adanya perbedaan kekuatan, dan kombinasi dari trait yang ada
Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun[6]
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
1. Trait berasumsi bahwa orang mempunyai perbedaan beberapa dimensi atau skala kepribadian, yang masing-masing menunjukkan suatu trait.
2. Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain
3. Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
4. Trait konsisten dari situasi ke situasi
5. Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: ada proses adaptif adanya perbedaan kekuatan, dan kombinasi dari trait yang ada
Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun[6]
F.
Teori Kepribadian menurut dalam Islam[7]
Struktur kepribadian
bisa didefinisikan sebagai aspek atau elemen-elemen yang terdapat dalam diri
manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Elemen-elemen psikologis di sini
bermakana konsep-konsep dasar yang merupakan asumsi dasar bagi pembentukan
teori psikologi Islam. Asumsi dasar tersebut diformulasi dari pemahaman yang
mendalam terhadap konsep-konsep Alquran tentang manusia.
Formulasi struktur
psikis manusia telah banyak dikemukakan oleh para pakar psikologi dengan
pendekatan masing-masing. Mulai dari Sigmund Freud sampai sekarang banyak
sekali teori-teori kepribadian yang telah dihasilkan dan dengan ciri serta
karakteristik khasnya. Namun bagaimana dengan pendapat Alquran berkaitan dengan
hal ini.
Alquran menggunkan istilah yang beragam dalam menjelaskan manusia. Berbagai istilah tersebut, jika disusun berdasarkan karakteristik yang dipahami dari uraian-uraian seputar pengguanaan istilah manusia dalam Alquran, kita mendapatkan istilah-istilah al-basyar, al-ins, al-insan, al-unas, an-nas, bani adam, al-nafs, al-aqal, al-qalbar-ruh, dan al-fitrah. Secara implisit Alquran menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga aspek pembentuk totalitas yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek itu adalah jismiyah (fisik, biologis), nafsiyah (psikis, psikologis), dan ruhaniyah (spiritual, transendental).
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Khyr al-Din al-Zarkali, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melaui tiga sudut, yaitu jasad (fisik), jiwa (psikis), dan jasad dan jiwa (psikopsikis). Para ahli umumnya membedakan manusia dari dua aspek saja, yaitu jasad dan ruh. Sedikit sekali yang membedakan antara jasad, ruh, dan nafs, padahal ketiganya memiliki kriteria-kriteria sendiri. Jasad dan ruh merupakan dimensi manusia yang berlawanan sifatnya. Jasad sifatnya kasar dan indrawi atau empiris serta kecendrungannya ingin mengejar kenikmatan duniawi dan material. Sedangkan ruh sifatnya halus dan gaib serta kecendrungannya mengejar kenikmatan samawi, ruhaniyah dan ukhrawiyah.
Esensi yang berlawanan ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedang ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Oleh karena itu, perlu adanya sinergi antara kedua ensensi ini, sehingga menjadi nafs. Dengan nafs maka masing-masing keinginan jasad dan ruh dalam diri manusia bisa terpenuhi.
Pada umumnya perbedaan pendapat teletak pada pemahaman antara ruh dan nafs. Paling tidak kita bisa mengklasifikasikan menjadi dua asumsi. Asumsi pertama menganggap bahwa ruh dan nafs adalah substansi yang sama. Kedua, asumsi yang menyatakan bahwa ruh dan nafs adalah subtansi yang berbeda. Menurut para sufi, ruh lebih spesifik dari daripada nafs, sebab ruh naturnya asli, sementara nafs memiliki kecendrungan pada duniawi dan kejelekan. Nafs menjadi perantara antara jiwa rasional dengan badan. Menurut Ibnu Abbas manusia memiliki ruh dan nafas. Dengan nafs manusia mampu berpikir dan mampu membedakan mana yang benar dan salah, sebab dalam nafs terdapat akal, sedangkan dengan ruh manusia dapat hidup karena ia merupakan nyawa. Berbeda dengan al-Gazali yang menganggap ruh sebagai nyawa yang selalu ada pada tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan nafs hanya ada pada diri manusia yang memiliki daya berpikir. Nafs bersifat seperti tanah dan bersifat kemanusiaan, sedangkan ruh bersifat seperticahaya dan bersifat ketuhanan. Beberapa pendapat tersebut mendiskripsikan bahwa antara ruh dan nafs berbeda. Ruh adalah urusan Allah dan hakikatnya hanya Ia yang mengetahuinya. Sementara nafs adalah apa yang ada pada manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh. Sinergi psikofisik inilah yang akan melahirkan perilaku, baik perilaku lahir maupun batin.
Alquran menggunkan istilah yang beragam dalam menjelaskan manusia. Berbagai istilah tersebut, jika disusun berdasarkan karakteristik yang dipahami dari uraian-uraian seputar pengguanaan istilah manusia dalam Alquran, kita mendapatkan istilah-istilah al-basyar, al-ins, al-insan, al-unas, an-nas, bani adam, al-nafs, al-aqal, al-qalbar-ruh, dan al-fitrah. Secara implisit Alquran menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga aspek pembentuk totalitas yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek itu adalah jismiyah (fisik, biologis), nafsiyah (psikis, psikologis), dan ruhaniyah (spiritual, transendental).
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Khyr al-Din al-Zarkali, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melaui tiga sudut, yaitu jasad (fisik), jiwa (psikis), dan jasad dan jiwa (psikopsikis). Para ahli umumnya membedakan manusia dari dua aspek saja, yaitu jasad dan ruh. Sedikit sekali yang membedakan antara jasad, ruh, dan nafs, padahal ketiganya memiliki kriteria-kriteria sendiri. Jasad dan ruh merupakan dimensi manusia yang berlawanan sifatnya. Jasad sifatnya kasar dan indrawi atau empiris serta kecendrungannya ingin mengejar kenikmatan duniawi dan material. Sedangkan ruh sifatnya halus dan gaib serta kecendrungannya mengejar kenikmatan samawi, ruhaniyah dan ukhrawiyah.
Esensi yang berlawanan ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedang ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Oleh karena itu, perlu adanya sinergi antara kedua ensensi ini, sehingga menjadi nafs. Dengan nafs maka masing-masing keinginan jasad dan ruh dalam diri manusia bisa terpenuhi.
Pada umumnya perbedaan pendapat teletak pada pemahaman antara ruh dan nafs. Paling tidak kita bisa mengklasifikasikan menjadi dua asumsi. Asumsi pertama menganggap bahwa ruh dan nafs adalah substansi yang sama. Kedua, asumsi yang menyatakan bahwa ruh dan nafs adalah subtansi yang berbeda. Menurut para sufi, ruh lebih spesifik dari daripada nafs, sebab ruh naturnya asli, sementara nafs memiliki kecendrungan pada duniawi dan kejelekan. Nafs menjadi perantara antara jiwa rasional dengan badan. Menurut Ibnu Abbas manusia memiliki ruh dan nafas. Dengan nafs manusia mampu berpikir dan mampu membedakan mana yang benar dan salah, sebab dalam nafs terdapat akal, sedangkan dengan ruh manusia dapat hidup karena ia merupakan nyawa. Berbeda dengan al-Gazali yang menganggap ruh sebagai nyawa yang selalu ada pada tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan nafs hanya ada pada diri manusia yang memiliki daya berpikir. Nafs bersifat seperti tanah dan bersifat kemanusiaan, sedangkan ruh bersifat seperticahaya dan bersifat ketuhanan. Beberapa pendapat tersebut mendiskripsikan bahwa antara ruh dan nafs berbeda. Ruh adalah urusan Allah dan hakikatnya hanya Ia yang mengetahuinya. Sementara nafs adalah apa yang ada pada manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh. Sinergi psikofisik inilah yang akan melahirkan perilaku, baik perilaku lahir maupun batin.
G.
Manfaat pengetahuan kepemimpinan dan kepribadain dalam manajemen
Ilmu manajemen tidak akan lengkap rasanya bila tidak ada ilmu yang
membahas tentang kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan erat juga hubunganya
dengan kepribadian seorang pemimpin karna kepemimpinan akan efektif apabila
seorang pemimpin mempunyai kepribadian yang baik dan begitu pula sebaliknya
kepemimpinan akan gagal atau berjalan kurang baik apabila seorang pemimpin
dalam suatu organisasi mempunyai kepribadian yang buruk atau kurang baik.
Berikut akan dikemukakan manfaat
pengetahuan kepemimpinan dan kepribadian dalam manajemen yaitu:
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada
tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin[8]
3. untuk memotivasi
karyawan dalam melakukan suatu pekerjaanya
Kesimpulan
Kepemimpinan yang mempunyai arti kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama
itu sangat berpengaruh sekali terhadap suatu manajemen dalam suatu organisasi.
Dibutuhkan kepemimpinan yang efektif dari seorang pemimpin yang mempunyai
kepribadian yang baik yang bisa merangkul semua orang yang berada dalam suatu
organisasi tersebut terrsebut serta selalu memberi dorongan dan semangat kepada
semua karyawan yang ada dalam porganisasi tersebut cotohnya seperti seorang
pemmpin uang mempunyai sifat adil, tegas, berwibawa,disiplin,jujur dan bertanggung
jawab ,dan sebaliknya kepemimpinan yang mempunyai pemimpin yang berkpribadian
kurang baik ataucenderung menguasai dan
bertindak semena-menapada karyawnya dalam suatu organisasi maka akan terjadi
ketidak seimbangan dalam mnajemen yang akan menyebabkan gagalnya suatu
organisasi dalam mencapai tujuan bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Manajemen,
husaini usman, bumi aksra, Jakarta:
2010, hlm.279-282
http//
fadhilfarahwodpres com.
Psikologi
kepribadain, sumadi suryabrata,PT. Raja grfindo persada.jakarta: 2002
Psikologi
kepribadian, Alwisol,UMM press. Malang: 2009
http//
nadhirwal.wodpress.com
www.bintan –s web.id
[2] Manajemen, husaini usman, bumi aksra, Jakarta: 2010, hlm.279-282
[3] http// fadhilfarahwodpres com.
[4] Psikologi kepribadain, sumadi suryabrata,PT. Raja grfindo
persada.jakarta: 2002
[5] Psikologi kepribadian, Alwisol,UMM press. Malang: 2009
[6] http// nadhirwal.wodpress.com
[8] www.bintan –s web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar